Sabtu, 02 April 2016

KEBIJAKAN DEVIDEN


MANAJEMEN KEUANGAN II
“KEBIJAKAN DEVIDEN”
Disusun untuk memenuhi tugas keuangan di semester empat






Disusun Oleh:

            1. Siti Nurhidayah (5130014015)
            2. Arofa Diah (5130014021)
            3. M. Rizal Rachamatullah (5130014034)
            4. Cici Annisaa Wati          (5230014002)
            5. Dian Permata Sari (5230014011)

Dosen pembimbing:
Ninnasi Muttaqin,S.MB.MSM

PRODI S1 MANAJEMEN DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2016



PEMBAHASAN
KEBIJAKAN DEVIDEN

A. PENGERTIAN DEVIDEN

Dividen berasal dari bahasa Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk dibagi. Berikut ini beberapa pemaparan mengenai pengertian dividen:
1. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia dividen diartikan sejumlah uang sebagai hasil keuntungan
    yang dibayarkan kepada pemegang saham (dalam suatu Perseroan).
2. Dalam dunia ekonomi dividen adalah seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan
    untuk cadangan pajak yang dibagikan kepada pemegang saham (pemilik modal sendiri) kecuali
    ditentukan lain dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3. Menurut Bapepam dividen adalah porsi keuntungan perusahaan yang dibayarkan kepada para
    pemegang saham.
4. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2001: 9) dividen adalah pembagian keuntungan yang dihasilkan
    perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.
5. Menurut Husnan dan Pudjiastuti dividen adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan dan tersedia
    bagi pemegang saham.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham.

B. PENGERTIAN KEBIJAKAN DEVIDEN

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau keuangan internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Dengan demikian kebijakan dividen ini harus dianalisa dalam kaitannya dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara keseluruhan.
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang mempersoalkan sebaiknya kapan (artinya, dalam keadaaan seperti apa) dan berapa bagian dari laba perusahaan yang dicapai dalam suatu periode, yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan yang ditahan didalam perusahaan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen ini sangat penting artinya bagi manajer keuangan, karena seorang manajer harus memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat dan pemerintah.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEVIDEN

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain :
Dividend Payout Ratio industri di mana perusahaan itu berada. Artinya, perusahaan tidak
  boleh mengabaikan kebijakan dividen perusahan lain
Kesempatan investasi.
  Kebijakan dividen perusahaan jangan sampai mengorbankan proyek yang dapat meningkatkan value
  pemegang saham di masa yang akan datang. Semakin besar kesempatan investasi maka dividen
  yang bisa dibagikan akan semakin sedikit.
Profitabilitas dan Likuiditas.
  Kebijakan dividen perusahaan sebaiknya memperhitungkan profitabilitas dan likuiditas perusahaan.
  Aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Alasan
  lain pembagian dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain.
Akses ke pasar keuangan. Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik,
  perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa membantu perusahaan
  memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
Pertumbuhan pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan mengalami pertumbuhan,
  maka jumlah pembayaran dividen dapat dinaikkan. Sebab dengan adanya tambahan pendapatan
  maka dividen dan laba ditahan juga bertambah.
Stabilitas pendapatan. Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendatang
  bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa membayar dividen yang lebih
  tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang mempunyai pendapatan yang tidak stabil.
  Ketidakstabilan aliran kas di masa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar
  dividen yang tinggi.
Prefensi pemegang saham dan keleluasaan untuk menyimpang dari maksimisasi
  kemakmuran.
Ketersediaan dan biaya alternatif sumber dana. Apabila biaya modal tinggi, maka penggunaan
  laba ditahan akan semakin menarik.
Pembatasan-pembatasan yang diberikan kreditur. Kadang-kadang para kreditur bisa
 memberikan batasan mengenai jumlah pembayaran dividen yang boleh dilakukan perusahaan.      Tindakan itu biasanya dilakukan agar perusahaan mampu mengarahkan usahanya dalam pelunasan
 hutang.

D. TEORI – TEORI KEBIJAKAN DEVIDEN

a. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan  Miller.
    Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya
    presentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai atau DPR
   (Dividen Payout Ratio) , tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak atau EBIT (Earning Before
    Interest and Tax) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan.
 b.Teori Dividen yang Relevan (The Bird  in the Hand) dari Gordon dan Lintner.
   Teori ini menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika presentase laba yang
   dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai atau DPR (Dividen Payout Ratio)
   rendah, karena investor lebih suka menerima dividen dari pada Perolehan modal (Capital Gains).
   Investor memandang keuntungan dividen (dividend yield) lebih pasti dari pada keuntungan capital
   gains (capital gains yield). Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari
   laba ditahan adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham.
c.Teori Perbedaan Pajak (Tax Differential Theory) dari Litzenberger dan Ramaswamy
   Teori ini menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains,
   para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena
   itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan
   dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah,
   capital gains yield tinggi.
d.Teori Clientele Effect
   Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki
   preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
   Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu
   presentase laba yang dibayarkan atau DPR (Dividend Payout Ratio) yang tinggi. Sebaliknya
   kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika
   perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.

E. JENIS-JENIS DIVIDEN

Menurut Zaki Baridwan (1993) deviden yang akan dibagikan oleh perusahaan dapat terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Dividen tunai (cash dividen)
yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya. Dividen ini yang paling umum dan banyak digunakan dalam
pembagian saham.
2. Dividen saham (stock dividen)
yayaitu dividen yarkan ng dibabentukdalam knytambahan saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Jika perusahaan ingin menurunkan harga saham, sebab ia melakukan pemecahan saham atau dividen
saham? Pemecahan saham biasanya digunakan untuk menurunkan harga secara besar-besaran
setelah saham mengalami kenaikan tajam. Sedang dividen saham biasa diberikan secara teratur
setiap tahun untuk menjaga kestabilan harga saham.
Contoh:
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:  
Saham biasa (nominal Rp 1000 : 3 000 000 lembar) = Rp  3 000 000 000
Capital surplus = Rp  1 500 000 000
Laba ditahan = Rp  7 500 000 000
Modal sendiri = Rp 12 000 000 000
Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%.
Harga pasar saham Rp 4.000,-
Bagaimanakah komposisi modal sendiri setelah stock dividend?          
Jawab:
Stock dividend 10%
Maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3 000 000 = 300 000 lembar.
Stock deviden = 300 000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,-
ditransfer dari laba ditahan ke saham biasa dan capital surplus.        

a) Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300 000 lembar x Rp 1000 = Rp 300.000.000,
    ditransfer ke modal saham biasa.
b) Sisanya Rp 1 200 000 000 – Rp 300 000 000,- = Rp 900 000 000,- dimasukkan dalam capital
    surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah.
c) Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :    
    Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 300 000 lembar) = Rp 3 300 000 000    
    Capital surplus = Rp 2 400 000 000
    Laba ditahan = Rp 6 300 000 000
    Modal sendiri = Rp 12 000 000 000

Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per saham (EPS) akan menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi keuntungan totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan harga saham sehingga tidak memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba tidak berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.  
Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba  dan resiko       perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut      tidak bisadimanipulasi oleh manajer keuangan. Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan pemegang saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk membagikan stock dividend. Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena mereka memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.      

3. Pemecahan Saham (Stock Split)          
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Pemecahan saham lama ini menjadi beberapa saham baru, akan menyebabkan jumlah saham yang beredar bertambah. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu.          
Contoh:
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi modal sendiri  
perusahaan adalah sebagai berikut:
 
Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) = Rp 3.000 000      
Capital surplus = Rp 1.500 000  
Laba ditahan = Rp 7.500 000    
Modal sendiri = Rp12.000 000  

Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:          
Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) = Rp 3.000 000  
Capital surplus = Rp 1.500 000  
Laba ditahan = Rp 7 500 000
Modal sendiri = Rp12.000 juta

Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ X Rp 5 000 = Rp 2500 per lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah saha, yang dimilikinya menjadi 2 X 100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan. Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari stock split.

Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:
1. Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.    
2. Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.    
3. Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya        
4. komposisinya saja yang berubah.

4. Pembelian Kembali Saham (Repurchase Of Stock)    
Yaitu suatu transaksi dimana suatu perusahaan membeli kembali sebagian dari sahamnya sendiri, sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar, menaikkan laba per saham (EPS), dan menaikkan harga saham tersebut

Contoh:
PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana wanita dan pria. Pada tahun 2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham.
Jumlah saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual kembali saham biasa yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per lembar saham. Berdasarkan data tersebut.
carilah:
a. laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali saham
b. laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham        
c. harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan  asumsi P/E Ratio konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta Payout Ratio 50%
Outstanding share = 1,1 juta
P saham = Rp 2500 / lembar  
P treasury stock = Rp 2750 / lembar  
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:        
    EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar      
    Price <- PER = 2500 / 500 = 5 EPS
b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:      
    EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta = Rp.275,- juta .
    Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100.000 lembar      
    EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar      
c. P saham = PER x EPS   
                   = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-


KESIMPULAN

Dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham.
Kebijakan dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan).
Kebijakan dividen merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini karena kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap banyak pihak, baik perusahaan yang dikelola itu sendiri, maupun pihak lain seperti pemegang saham dan kreditur.


DAFTAR PUSTAKA

http://iamluckyone.blogspot.com/2011/05/kebijakan-dividen.html, di akses pada tanggal 2 April 2016
http://anthyscrub.blogspot.com/2014/12/manajemen-keuangan-kebijakan-dividen.html, di akses pada anggal 1 April 2016
http://indraputrabintan.blogspot.com/2012/04/kebijakan-dividen.html, di akses pada tanggal 1 April 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar