Sabtu, 02 April 2016

TEORI SRUKTUR MODAL


 MANAJEMEN KEUANGAN II

TEORI STRUKTUR MODAL

Disusun untuk memenuhi tugas keuangan di semester empat




 








Disusun Oleh:
1.             Siti Nurhidayah                       (5130014015)
2.             Arofa Diah                             (5130014021)
3.             M. Rizal Rachamatullah          (5130014034)
4.             Cici Annisaa Wati                  (5230014002)
5.             Dian Permata Sari                  (5230014011)

Dosen pembimbing:

  Ninnasi Muttaqin,S.MB.MSM



PRODI S1 MANAJEMEN Dan AKUTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2016
 

PEMBAHASAN
TEORI STRUKTUR MODAL

A.      Pengertian Struktur Modal 

Menurut Weston dan Copeland bahwa capital structure or the capitalization of the firm is the
permanent financing represented by long-term debt, preferred stock and shareholder’s equity.
Sedangkan Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan Capital Structure (struktur modal) adalah
komposisi saham biasa, saham preferen, dan berbagai kelas seperti itu, laba yang ditahan, dan utang
jangka panjang yang dipertahankan oleh kesatuan usaha dalam mendanai aktiva.
Sehingga dapat dimengerti bahwa struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial
perusahaan yaitu antara modal yang memiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term
liabilities) dan modal sendiri (shareholders’ equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu
perusahaan.
Struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long-term debt dan shareholders’ equity, dimana
stockholder equity terdiri dari preferred stock dan common equity, dan common equity itu sendiri
adalah terdiri dari common stock dan retained earnings.

B.       Pendekatan Struktur Modal         

1.    Teori Pendekatan Tradisional    
      Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur
      Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat
      berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.

2.    Teori Pendekatan Modigliani dan Miller 
     Dalam teori ini berpendapat bahwa Struktur Modal tidak mempengaruhi Perusahaan. Dalamhal ini
     telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai Perusahaan dengan hutang lebih tinggi
     dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan adanya
     penghematan pajak.

C.      Teori MM Position

 Teori Modigliani dan Miller (teori MM) adalah .teori yang berpandangan bahwa struktur modal tidak
 relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk
 membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001) yaitu:
  1. Tidak terdapat agency cost.
  2. Tidak ada pajak.
  3. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
  4. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan
  5. Tidak ada biaya kebangkrutan
  6. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
  7. Para investor adalah price-takers.
  8. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value)
Model Modigliani-Miller (MM) tanpa pajak
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur modal perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi:
1.    Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest
     and Taxes)
2.    Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang.
3.    Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna.
4.   Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak
    terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.

Teori MM dengan pajak.
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).
Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatar belakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.

D.      Pengaruh Biaya Kebangkrutan Terhadap Biaya Modal Sendiri 

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal antara lain :
           1.   Struktur Aktiva (Tangibility)
           Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap ,
           akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanent yaitu modal sendiri,
           sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri dari aktiva
           lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan  kebutuhan dana dengan utang. Hal ini
           menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan.
  
          2. Growth Opportunity 
          Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori
          Agency menggambarkan hubungan yang negative antara Growth Opprtunity dan leverage.
          Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan  dalam
          berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan. 

     3. Ukuran Perusahaan (Firm Size) 
         Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan
         kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan
         lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan terjadinya
         kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih
         mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.
     4.   Profitabiltas 
         Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai  internal funding. Perusahaan
         dengan frofitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan
         dengan profitalitas rendah.
         Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi  investasi menggunakan utang yang relative
         kecil (Bringham & Houston, 2001).
         Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
         pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas
         berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti
         semakin rendah utang. 

     5.  Risiko Bisnis 
         Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal, sehingga
         secara teori akan berpengaruh negative terhadap leverage perusahaan.

E. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Jika Ada Pajak dan Biaya
    Kebangkrutan

1. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal 
    Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutan
    sebanyak-banyaknya. Suatu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang,
    akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup
    signifikan. Biaya tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu : 
       a.  Biaya Langsung
    Yaitu, biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, atau biaya lainnya yang
    sejenis 
b. Biaya Tidak Langsung                                                                                       
        Yaitu, biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya Suplier tidak akan mau memasok barang karena mengkwatirkan kemungkinan tidak akan membayar. Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan antara pemegang hutang dengan pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang hutang akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan dalam bentuk biaya biaya monitoring (Persyaratan yang lebih ketat) dan bisa dalam bentuk kenaikan tingkat bunga. 
2.  Teori Pecking Order 
    Teori Trade-Off mempunyai implikasi bahwa manager akan berfikir dalam kerangka trade-off
    antara penghematan pajak dan biaya kebangkrutan dalam penentuan Struktur Modal. Dalam
    kenyataan empiris nampaknya jarang manager keuangan yang berfikir demikian.
    Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana.
    Skenario urutan dalam Teori Pecking Order adalah sebagai berikut :
  1. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. 
  2. Perusahaan menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi. 
  3. Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain. 
  4. Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.Teori Pecking Order ini bisa menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
3. Teori Asimetri Informasi dan Signaling 
    Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak
    mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu
    mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
    Teori ini terdiri dari Teori :                      
    a.     Myers dan Majluf 
       Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar. 
    b.     Signaling 
        Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.

4. Teori Keagenan (Agency Approach) 
    Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai
    kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah konsep
   free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai
   control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi
   konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manager akan
   dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.

5. Model Miller dengan Pajak Perusahaan dan Personal 
   Modigliani dan Miller mengembangkan model struktur modal tanpa pajak, dan dengan pajak.
   Nilai perusahaan dengan pajak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa pajak.
   Selisih tersebut diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga bisa dipakai untuk
   mengurangi pajak.
   Penghematan pajak tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini. 
   Penghematan pajak       =  VL  -  VU   =  tc . B 
   Miller sendiri kemudian mengembangkan model struktur modal dengan memasukkan pajak
   personal. Pemegang saham dan pemegang hutang harus membayar pajak jika mereka
  menerima dividen (untuk pemegang saham) atau bunga (untuk pemegang hutang). Menurut
   Miller, nilai perusahaan yang menggunakan hutang, setelah memasukkan pajak personal adalah
   sebagai berikut ini.
                                              (1 – Tc) (1 – ts)  
                VL = VU + { 1 – [ --------------------- ] } B    ……… (5
                                                    (1 – tb) 
          dimana     
          VL            = Nilai perusahaan dengan hutang
          VU           = Nilai perusahaan tanpa hutang
          Tc             = tingkat pajak perusahaan
          ts              = tingkat pajak pemegang saham (atas dividen dan capital gain)
          tb             = tingkat pajak untuk pemegang hutang (atas bunga)
          B             = Hutang
         
         Menurut model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah, tidak hanya meminimalkan pajak
         perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang harus dibayarkan (pajak perusahaan, pajak
         atas pemegang saham, dan pajak atas pemegang hutang). Melihat persamaan di atas mempunyai
         beberapa implikasi. Jika (1 – tb) = (1 – Tc) (1 – ts), maka persamaan di atas menjadi, 
          VL           =          VU  +  (1 – 1) B          =          VU 
         
         Dengan kata lain, pada kondisi tersebut, nilai perusahaan dengan hutang sama dengan nilai
         perusahaan tanpa hutang. Tidak ada penghematan pajak atas bunga hutang. Pada situasi lain,
         dimana  ts = tb, persamaan di atas menjadi. 
         VL           =          VU      +     Tc . B 
         
         Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan hutang sama dengan nilai
         perusahaan tanpa hutang ditambah penghematan pajak karena bunga hutang. Persamaan
         tersebut sama dengan argumen MM dengan pajak. Dua situasi di atas merupakan situasi
         ekstrim. Pada situasi kebanyakan, nilai VL akan berada diantara nilai VU dan nilai VU + Tc.B.


KESIMPULAN 

Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang memiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri
(shareholders’ equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan.
Di dalam teori struktur modal meliputi :
  1.  Teori Pendekatan Tradisional
  2.  Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
  3.  Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
  4.  Teori Pecking Order
  5. Teori Asimetri Informasi dan Signaling
  6. Teori Keagenan (Agency Approach)
Dari faktor-faktort  tersebut mempunyai pengaruh satu dengan yang lainnya. Sehing dengan demikian Para Investor, Kreditor maupun Managemen Perusahaan  hendaknya memberikan perhatian yang lebih kepada informasi atas faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Bringham & Houston, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 2, Jakarta : Salemba Empat.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar