MANAJEMEN KEUANGAN II
“TEORI STRUKTUR MODAL”
Disusun
untuk memenuhi tugas keuangan
di semester empat
Disusun Oleh:
1.
Siti Nurhidayah (5130014015)
2.
Arofa
Diah (5130014021)
3.
M. Rizal Rachamatullah (5130014034)
4.
Cici Annisaa Wati (5230014002)
5.
Dian Permata Sari (5230014011)
Dosen pembimbing:
Ninnasi Muttaqin,S.MB.MSM
PRODI S1 MANAJEMEN
Dan AKUTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL
ULAMA SURABAYA
2016
2016
PEMBAHASAN
TEORI
STRUKTUR MODAL
A. Pengertian
Struktur Modal
Menurut Weston dan Copeland bahwa capital structure or the capitalization of the firm is the
permanent financing represented by long-term debt, preferred stock and shareholder’s equity.
Sedangkan Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan Capital Structure (struktur modal) adalah
komposisi saham biasa, saham preferen, dan berbagai kelas seperti itu, laba yang ditahan, dan utang
jangka panjang yang dipertahankan oleh kesatuan usaha dalam mendanai aktiva.
Sehingga dapat dimengerti bahwa struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial
perusahaan yaitu antara modal yang memiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term
liabilities) dan modal sendiri (shareholders’ equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu
perusahaan.
Struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long-term debt dan shareholders’ equity, dimana
stockholder equity terdiri dari preferred stock dan common equity, dan common equity itu sendiri
adalah terdiri dari common stock dan retained earnings.
Menurut Weston dan Copeland bahwa capital structure or the capitalization of the firm is the
permanent financing represented by long-term debt, preferred stock and shareholder’s equity.
Sedangkan Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan Capital Structure (struktur modal) adalah
komposisi saham biasa, saham preferen, dan berbagai kelas seperti itu, laba yang ditahan, dan utang
jangka panjang yang dipertahankan oleh kesatuan usaha dalam mendanai aktiva.
Sehingga dapat dimengerti bahwa struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial
perusahaan yaitu antara modal yang memiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term
liabilities) dan modal sendiri (shareholders’ equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu
perusahaan.
Struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long-term debt dan shareholders’ equity, dimana
stockholder equity terdiri dari preferred stock dan common equity, dan common equity itu sendiri
adalah terdiri dari common stock dan retained earnings.
B. Pendekatan
Struktur Modal
1. Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur
Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat
berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Dalam teori ini berpendapat bahwa Struktur Modal tidak mempengaruhi Perusahaan. Dalamhal ini
telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai Perusahaan dengan hutang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan adanya
penghematan pajak.
1. Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur
Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat
berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Dalam teori ini berpendapat bahwa Struktur Modal tidak mempengaruhi Perusahaan. Dalamhal ini
telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai Perusahaan dengan hutang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan adanya
penghematan pajak.
C. Teori
MM Position
Teori Modigliani dan Miller (teori MM) adalah .teori yang berpandangan bahwa struktur modal tidak
relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk
membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001) yaitu:
Teori Modigliani dan Miller (teori MM) adalah .teori yang berpandangan bahwa struktur modal tidak
relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk
membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001) yaitu:
- Tidak terdapat agency cost.
- Tidak ada pajak.
- Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
- Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan
- Tidak ada biaya kebangkrutan
- Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
- Para investor adalah price-takers.
- Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value)
Model Modigliani-Miller (MM) tanpa pajak
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang
struktur modal perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi:
1. Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ EBIT
(Standard Deviation Earning Before Interest
and Taxes)
and Taxes)
2. Investor memiliki pengharapan yang sama
tentang EBIT perusahaan di masa mendatang.
3. Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu
pasar modal yang sempurna.
4. Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama
jumlahnya setiap periode hingga waktu tak
terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.
terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.
Teori MM dengan pajak.
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan
teori MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan
perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang
akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang
mengurangi pembayaran pajak
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama
dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan
pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah pembiayaan
dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal
optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan
semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar
dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham.
Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang semakin banyak
akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak,
berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil
dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal
rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).
Teori MM tersebut sangat kontroversial.
Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang
sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai
hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan
semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatar belakangi
teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya,
karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.
D. Pengaruh
Biaya Kebangkrutan Terhadap Biaya Modal Sendiri
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal antara lain :
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal antara lain :
1. Struktur Aktiva (Tangibility)
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap ,
akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanent yaitu modal sendiri,
sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri dari aktiva
lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan.
2. Growth Opportunity
Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori
Agency menggambarkan hubungan yang negative antara Growth Opprtunity dan leverage.
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam
berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.
3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan
kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan
lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih
mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap ,
akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanent yaitu modal sendiri,
sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri dari aktiva
lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan.
2. Growth Opportunity
Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori
Agency menggambarkan hubungan yang negative antara Growth Opprtunity dan leverage.
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam
berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.
3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan
kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan
lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih
mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.
4. Profitabiltas
Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding. Perusahaan
dengan frofitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan
dengan profitalitas rendah.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi investasi menggunakan utang yang relative
kecil (Bringham & Houston, 2001).
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti
semakin rendah utang.
5. Risiko Bisnis
Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal, sehingga
secara teori akan berpengaruh negative terhadap leverage perusahaan.
Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding. Perusahaan
dengan frofitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan
dengan profitalitas rendah.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi investasi menggunakan utang yang relative
kecil (Bringham & Houston, 2001).
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti
semakin rendah utang.
5. Risiko Bisnis
Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal, sehingga
secara teori akan berpengaruh negative terhadap leverage perusahaan.
E. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Jika Ada Pajak dan Biaya
Kebangkrutan
1. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutan
sebanyak-banyaknya. Suatu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang,
akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup
signifikan. Biaya tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu :
a. Biaya Langsung
1. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutan
sebanyak-banyaknya. Suatu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang,
akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup
signifikan. Biaya tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu :
a. Biaya Langsung
Yaitu, biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya
administrasi, atau biaya lainnya yang
sejenis
b. Biaya Tidak Langsung
Yaitu, biaya yang
terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya Suplier tidak
akan mau memasok barang karena mengkwatirkan kemungkinan tidak akan membayar. Biaya lain dari
peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan antara pemegang hutang dengan pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh
pemegang hutang akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan dalam bentuk biaya biaya monitoring (Persyaratan yang lebih
ketat) dan bisa dalam bentuk kenaikan tingkat bunga. sejenis
b. Biaya Tidak Langsung
2. Teori Pecking Order
Teori Trade-Off
mempunyai implikasi bahwa manager akan berfikir dalam kerangka trade-off
antara penghematan pajak dan biaya kebangkrutan dalam penentuan Struktur Modal. Dalam
kenyataan empiris nampaknya jarang manager keuangan yang berfikir demikian.
Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana.
Skenario urutan dalam Teori Pecking Order adalah sebagai berikut :
antara penghematan pajak dan biaya kebangkrutan dalam penentuan Struktur Modal. Dalam
kenyataan empiris nampaknya jarang manager keuangan yang berfikir demikian.
Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana.
Skenario urutan dalam Teori Pecking Order adalah sebagai berikut :
- Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
- Perusahaan menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi.
- Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.
- Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.Teori Pecking Order ini bisa menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
3. Teori
Asimetri Informasi dan Signaling
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak
mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu
mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari Teori :
a. Myers dan Majluf
Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
b. Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak
mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu
mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari Teori :
a. Myers dan Majluf
Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
b. Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.
4. Teori Keagenan (Agency Approach)
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai
kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah konsep
free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai
control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi
konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manager akan
dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.
5. Model Miller dengan Pajak Perusahaan dan Personal
Modigliani dan Miller mengembangkan model struktur modal tanpa pajak, dan dengan pajak.
Nilai perusahaan dengan pajak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa pajak.
Selisih tersebut diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga bisa dipakai untuk
mengurangi pajak.
Penghematan pajak tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini.
Penghematan pajak = VL - VU = tc . B
Miller sendiri kemudian mengembangkan model struktur modal dengan memasukkan pajak
personal. Pemegang saham dan pemegang hutang harus membayar pajak jika mereka
menerima dividen (untuk pemegang saham) atau bunga (untuk pemegang hutang). Menurut
Miller, nilai perusahaan yang menggunakan hutang, setelah memasukkan pajak personal adalah
sebagai berikut ini.
VL = VU + { 1 – [ --------------------- ] } B ……… (5
(1 – tb)
dimana
VL = Nilai perusahaan dengan hutang
VU = Nilai perusahaan tanpa hutang
Tc = tingkat pajak perusahaan
ts = tingkat pajak pemegang saham (atas dividen dan capital gain)
tb = tingkat pajak untuk pemegang hutang (atas bunga)
B = Hutang
Menurut model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah, tidak hanya meminimalkan pajak
perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang harus dibayarkan (pajak perusahaan, pajak
atas pemegang saham, dan pajak atas pemegang hutang). Melihat persamaan di atas mempunyai
beberapa implikasi. Jika (1 – tb) = (1 – Tc) (1 – ts), maka persamaan di atas menjadi,
VL = VU + (1 – 1) B = VU
Dengan kata lain, pada kondisi tersebut, nilai perusahaan dengan hutang sama dengan nilai
perusahaan tanpa hutang. Tidak ada penghematan pajak atas bunga hutang. Pada situasi lain,
dimana ts = tb, persamaan di atas menjadi.
VL = VU + Tc . B
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan hutang sama dengan nilai
perusahaan tanpa hutang ditambah penghematan pajak karena bunga hutang. Persamaan
tersebut sama dengan argumen MM dengan pajak. Dua situasi di atas merupakan situasi
ekstrim. Pada situasi kebanyakan, nilai VL akan berada diantara nilai VU dan nilai VU + Tc.B.
KESIMPULAN
Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang memiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri
Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang memiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri
(shareholders’ equity) yang menjadi
sumber pembiayaan suatu perusahaan.
Di dalam teori struktur modal meliputi :
- Teori Pendekatan Tradisional
- Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
- Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
- Teori Pecking Order
- Teori Asimetri Informasi dan Signaling
- Teori Keagenan (Agency Approach)
Dari faktor-faktort
tersebut mempunyai pengaruh satu dengan yang lainnya. Sehing
dengan demikian Para Investor, Kreditor maupun Managemen Perusahaan
hendaknya memberikan perhatian yang lebih kepada informasi atas faktor-faktor
yang mempengaruhi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Bringham & Houston, 2006.
Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 2, Jakarta : Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar